Muhammad Abduh dilahirkan tahun 1849 (1266 H) disalah satu desa di Delta Mesir bagian hilir. Muhammad Abduh sejak kecil diketahui sebagai anak yang memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi. Menyadari akan potensi yang dimiliki oleh Muhammad Abduh maka pamannya Syekh Darwis berusaha membimbingnya ke
Pengalaman yang diperolehnya mendorong Muhammad Abduh untuk mengabdi dirinya pada bidang pendidikan. Dalam penyelenggara pendidikannya, Muhammad Abduh melakukan penataan dalam bidang keuangan administrasi, kurikulum dan sarana-sarana kependidikan. Dalam kurikulum pendidikannya Muhammad Abduh memasukkan materi pelajaran yang berbeda dari kurikulum al Ahzar maupun sekolah-sekolah islam lainnya pada waktu itu. Pembaharuan pendidikan yang ia lakukan mula-mula ia terapkan di al Ahzar, kemudian sejumlah institusi pendidikan lainnya. Harapannya dengan mengadakan pembaharuannya melalui al Ahzar maka pendidikan di dunia islam akan mengikutinya. Dan kegiatan itu dilakukan sekitar tahun 1985 di Mesir, sayangnya karena kepentingan politik, Abbas Hilmi yang menjadi penguasa Mesir ketika itu mengubah pendiriannya hingga Usaha Muhammad Abbas kandas. Hubungan Muhammad Abduh dengan al Azhar kemudian putus, tetapi ide pembaharuannya tetap ia kembangkan melalui tulisan di al Urwat al Wusqa bekerjasama dengan Jamal al Din al Afghani. Dalam tulisannya ia menyatakan bahwa sebab-sebab kemunduran islam adalah karena paham Jumud (statis, beku dan tidak ada perubaha). Paham tersebut menurutnya dimasukkan oleh orang-orang non Arab yang kemudian berhasil memegang puncak kekuasaan politik di dunia islam. Hal itu mempengaruhi masuknya adat istiadat serta paham animistis ke dunia islam hingga ikut mempengaruhi umat islam.
Selanjutnya Muhammad Abduh melihat bahwa pengaruh masuknya unsur-unsur luar itu ikut mempengaruhi pandangan para ulama waktu itu. Kepatuhan kepada ulama dan sikap ulama yang berlebihan mendorong munculnya sikap taqlid buta, tawakal tanpa disertai usaha. Menurut Muhammad Abduh gejala seperti itulah yang membuat umat islam menyeleweng jauh dari ajaran agama yang sebenarnya. Ia menyebut sebagai bid’ah yang harus dihilangkan.
Umat kata Abduh, harus kembali ajaran-ajaran islam semula yaitu dikembalikan seperti ajaran yang pernah dilakukan di zaman salaf, para sahabat dan ulama besar. Ia berpendapat bahwa keadaan umat islam dewasa ini telah berubah dari keadaan umat islam masa lampau. Menurut pandangan Abduh, islam adalah agama yang rasional, dengan membuka pintu ijtihad maka kebangunan akal akan dapat ditingkatkan dan ilmu pengetahuan harus dimajukan. Karena jika islam ditafsirkan sebaik-baiknya dan dipahami secara benar, tak satupun ajaran islam yang bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Sedangkan akal adalah salah satu dari potensi manusia, dan islam sangat menganjurkan untuk menggunakan akal itu. Iman tidak menjelaskan hal-hal yang bertentangan dengan akal. Karena itu, jika secara lahiriah ayat tampak bertentangan dengan akal maka harus dicari interpretasi yang membuat ayat tersebut sejalan dengan pendapat akal, menurut Muhammad Abduh.
Muhammad Abduh berkesimpulan bahwa kekuatan akal menjadi dasar peradaban dari satu bangsa. Meningkatkan penggunaan akal akan mendorong manusia mencapai kemajuan. Karena itu usaha yang paling tepat untuk memajukan umat islam sebagai negara terjajah adalah melalui pendidikan. Hanya dengan pendidikan itu pula umat islam diperkirakan mampu mengejar kemajuan bersaing dengan bangsa Barat.
Muhammad Abduh dilahirkan tahun 1849 (1266 H) disalah satu desa di Delta Mesir bagian hilir. Muhammad Abduh sejak kecil diketahui sebagai anak yang memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi. Menyadari akan potensi yang dimiliki oleh Muhammad Abduh maka pamannya Syekh Darwis berusaha membimbingnya ke
Pengalaman yang diperolehnya mendorong Muhammad Abduh untuk mengabdi dirinya pada bidang pendidikan. Dalam penyelenggara pendidikannya, Muhammad Abduh melakukan penataan dalam bidang keuangan administrasi, kurikulum dan sarana-sarana kependidikan. Dalam kurikulum pendidikannya Muhammad Abduh memasukkan materi pelajaran yang berbeda dari kurikulum al Ahzar maupun sekolah-sekolah islam lainnya pada waktu itu. Pembaharuan pendidikan yang ia lakukan mula-mula ia terapkan di al Ahzar, kemudian sejumlah institusi pendidikan lainnya. Harapannya dengan mengadakan pembaharuannya melalui al Ahzar maka pendidikan di dunia islam akan mengikutinya. Dan kegiatan itu dilakukan sekitar tahun 1985 di Mesir, sayangnya karena kepentingan politik, Abbas Hilmi yang menjadi penguasa Mesir ketika itu mengubah pendiriannya hingga Usaha Muhammad Abbas kandas. Hubungan Muhammad Abduh dengan al Azhar kemudian putus, tetapi ide pembaharuannya tetap ia kembangkan melalui tulisan di al Urwat al Wusqa bekerjasama dengan Jamal al Din al Afghani. Dalam tulisannya ia menyatakan bahwa sebab-sebab kemunduran islam adalah karena paham Jumud (statis, beku dan tidak ada perubaha). Paham tersebut menurutnya dimasukkan oleh orang-orang non Arab yang kemudian berhasil memegang puncak kekuasaan politik di dunia islam. Hal itu mempengaruhi masuknya adat istiadat serta paham animistis ke dunia islam hingga ikut mempengaruhi umat islam.
Selanjutnya Muhammad Abduh melihat bahwa pengaruh masuknya unsur-unsur luar itu ikut mempengaruhi pandangan para ulama waktu itu. Kepatuhan kepada ulama dan sikap ulama yang berlebihan mendorong muncculnya sikap taqlid buta, tawakal tanpa disertai usaha. Menurut Muhammad Abduh gejala seperti itulah yang membuat umat islam menyeleweng jauh dari ajaran agama yang sebenarnya. Ia menyebut sebagai bid’ah yang harus dihilangkan.
Umat kata Abduh, harus kembali ajaran-ajaran islam semula yaitu dikembalikan seperti ajaran yang pernah dilakukan di zaman salaf, para sahabat dan ulama besar. Ia berpendapat bahwa keadaan umat islam dewasa ini telah berubah dari keadaan umat islam masa lampau. Menurut pandangan Abduh, islam adalah agama yang rasional, dengan membuka pintu ijtihad maka kebangunan akal akan dapat ditingkatkan dan ilmu pengetahuan harus dimajukan. Karena jika islam ditafsirkan sebaik-baiknya dan dipahami secara benar, tak satupun ajaran islam yang bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Sedangkan akal adalah salah satu dari potensi manusia, dan islam sangat menganjurkan untuk menggunakan akal itu. Iman tidak menjelaskan hal-hal yang bertentangan dengan akal. Karena itu, jika secara lahiriah ayat tampak bertentangan dengan akal maka harus dicari interpretasi yang membuat ayat tersebut sejalan dengan pendapat akal, menurut Muhammad Abduh.
Muhammad Abduh berkesimpulan bahwa kekuatan akal menjadi dasar peradaban dari satu bangsa. Meningkatkan penggunaan akal akan mendorong manusia mencapai kemajuan. Karena itu usaha yang paling tepat untuk memajukan umat islam sebagai negara terjajah adalah melalui pendidikan. Hanya dengan pendidikan itu pula umat islam diperkirakan mampu mengejar kemajuan bersaing dengan bangsa Barat.
http://abe-rabbit.blogspot.com/2010/12/cara-cepat-mencari-uang-dengan-program.html
0 comments:
Post a Comment
Tinggalkanlah komentar (dengan sopan) setelah membaca artikel berikut demi perbaikan dan kesempurnaan artikel berikutnya. Mohon maaf, apabila komentar mengandung spam, dengan sangat terpaksa akan saya hapus. Makasih telah berkunjung disini.